Blog

Anak Sering Berbohong? Ini Penyebabnya dan Cara Ampuh Menumbuhkan Kejujuran!

Stimulasi

Anak Sering Berbohong? Ini Penyebabnya dan Cara Ampuh Menumbuhkan Kejujuran!

Fenomena anak yang berbohong pada orang tua dan guru semakin meningkat di tiap tahunnya. Berbohong ini bermula dari tekanan anak takut disalahkan oleh orang tuanya karena melakukan kesalahan atau perbuatan yang dilarang. Berbohong dianggap bagi anak bisa melindungi mereka dari tekanan-tekanan yang ada. Mengungkapkan kebenaran memang sulit bahkan pahit jika disampaikan bagi anak perasaan ini dianggap menjadi pengalaman yang tidak menyenangkan. Padahal dari adanya kejujuran anak juga belajar untuk bertanggung jawab menghadapi masalahnya. Anak-anak dinusia dini sering kali memasuki fase di mana mereka mulai mencoba berbohong. Bagi sebagian orang tua, situasi ini bisa menjadi sumber kekhawatiran, terutama jika perilaku tersebut terus berlanjut. Namun, penting untuk dipahami bahwa berbohong pada anak usia dini sering kali merupakan bagian dari proses perkembangan mereka. Dalam kebanyakan kasus, anak-anak belum sepenuhnya mengerti konsekuensi dari kebohongan dan menggunakannya sebagai cara untuk menghindari masalah, menghindari hukuman, atau kesulitan membedakan hal yang nyata dan hal yang tidak nyata.

Dalam artikel ini, kita akan membahas penyebab anak mulai berbohong dan cara efektif untuk menanamkan kejujuran pada anak sejak dini.

Penyebab Anak Mulai Berbohong

Berbohong pada anak usia dini bukanlah hal yang jarang terjadi, dan biasanya terjadi karena beberapa faktor tertentu. Memahami penyebab di balik perilaku ini dapat membantu orang tua meresponsnya dengan cara yang lebih bijaksana.

1. Menghindari Hukuman atau Masalah

Salah satu alasan utama anak-anak berbohong adalah untuk menghindari hukuman atau konsekuensi negatif dari perilaku mereka. Jika anak merasa bahwa mereka akan dimarahi atau dihukum karena melakukan sesuatu yang salah, mereka mungkin mencoba berbohong untuk menyelamatkan diri dari masalah.

Misalnya, jika seorang anak merusak mainan, mereka mungkin mengatakan bahwa mereka tidak tahu siapa yang melakukannya karena takut dimarahi. Ini adalah cara mereka untuk melindungi diri dari reaksi negatif yang mereka bayangkan akan datang.

2. Tekanan Sosial atau Rasa Malu

Dalam beberapa kasus, anak-anak berbohong untuk menyesuaikan diri dengan teman-teman mereka atau untuk menghindari rasa malu. Mereka mungkin berbohong tentang sesuatu yang terjadi di sekolah, seperti mengatakan bahwa mereka mendapat nilai tinggi, padahal kenyataannya tidak, karena mereka takut dihakimi oleh teman-teman atau orang dewasa.

Berbohong ini sering kali didorong oleh keinginan untuk terlihat lebih baik di mata orang lain atau untuk menyembunyikan perasaan rendah diri.

3. Mendapatkan Perhatian

Anak-anak juga mungkin berbohong sebagai cara untuk mendapatkan perhatian, terutama jika mereka merasa diabaikan. Jika mereka menyadari bahwa kebohongan bisa membuat orang dewasa lebih memperhatikan mereka, mereka mungkin terus melakukannya.

Misalnya, seorang anak mungkin mengatakan bahwa mereka merasa sakit padahal tidak, hanya untuk mendapatkan perhatian ekstra dari orang tua atau pengasuh mereka.

4. Sulit Membedakan antara Hal yang Nyata dan Imajinasi 

Anak-anak usia dini memiliki imajinasi yang sangat aktif. Terkadang, mereka mungkin berbohong sebagai cara untuk mengeksplorasi cerita yang ada di kepala mereka. Ini biasanya tidak dimaksudkan sebagai kebohongan dalam arti manipulatif, melainkan cara mereka menghidupkan fantasi atau dunia khayalan mereka.

Sebagai contoh, seorang anak mungkin mengatakan bahwa mereka memiliki seekor kuda di rumah, padahal jelas itu tidak benar. Mereka mungkin hanya bermain peran atau ingin membuat cerita yang terdengar menarik.

5. Kurangnya Pemahaman tentang Hal yang Nyata atau Hanya Imajinasi

Pada usia dini, anak-anak sering kali belum sepenuhnya memahami perbedaan antara realitas dan imajinasi. Mereka mungkin mengatakan sesuatu yang tidak benar tanpa menyadari bahwa itu adalah kebohongan, hanya karena mereka mengira bahwa apa yang mereka bayangkan juga bisa menjadi kenyataan.


Tingkat Kebohongan yang Dilakukan oleh Anak

Dikutip dari kelas “Perilaku Berbohong Anak”, Kak Yogi Kusprayogi, M.Psi., Psikolog. Ada 5 Bentuk Kebohongan pada Anak yaitu : 

  1. Simple reversal of truth

Memutar balikkan fakta, anak mengaku sudah menyelesaikan PR padahal belum.

  1. Exaggerations

melebih-lebihkan anak bercerita , melebih -lebihkan tentang ketangguhan ayahnya, keluarganya, dirinya, dll.

  1. Fabrications 

Pemalsuan cerita ( membuat buat cerita), anak bercerita tentang liburan yang menyenangkan, padahal tidak pernah liburan.

  1. Confabulatian

Cerita rekaan,anak menceritakan cerita yang sebagian benar dan sebagian lagi salah.

  1. Wrong Accussations

Memberikan tuduhan salah, anak menuduh anak menumpahkan susu pada adiknya padahal dirinya yang menumahkan. Anak menuduh temannya menjatuhkan dirinya padahal sebenarnya anak jatuh sendiri.

Cara Menanamkan Kejujuran

Meskipun berbohong adalah perilaku yang umum pada anak-anak, penting bagi orang tua untuk menanamkan nilai-nilai kejujuran sejak dini. Berikut adalah beberapa cara efektif untuk mengajarkan anak tentang pentingnya kejujuran:

1. Berikan Contoh yang Baik

Anak-anak belajar sebagian besar perilaku dari orang dewasa di sekitar mereka. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menjadi contoh yang baik dalam hal kejujuran. Jika anak melihat orang tua mereka jujur dalam situasi sehari-hari, mereka akan lebih cenderung meniru perilaku tersebut.

Misalnya, jika orang tua membuat kesalahan atau lupa melakukan sesuatu, alih-alih mencari alasan, tunjukkan kepada anak bagaimana mengakui kesalahan dan bertanggung jawab. Ini mengajarkan bahwa jujur adalah hal yang lebih penting daripada menutupi kesalahan.

2. Ajarkan Perbedaan antara Kebenaran dan Kebohongan

Anak usia dini sering kali belum memahami secara jelas perbedaan antara kebenaran dan kebohongan. Orang tua dapat membantu dengan memberikan contoh-contoh sederhana yang mudah dipahami oleh anak. Misalnya, saat membaca buku cerita, ajak anak untuk membedakan antara bagian cerita yang nyata dan yang hanya imajinasi.

Selain itu, cobalah untuk mendiskusikan situasi sehari-hari di mana anak-anak mungkin tergoda untuk berbohong, dan ajarkan mereka bahwa mengatakan yang sebenarnya adalah tindakan yang lebih baik.

3. Jangan Langsung Menghukum

Jika anak ketahuan berbohong, hindari bereaksi dengan kemarahan atau hukuman yang keras. Reaksi yang terlalu keras dapat membuat anak semakin takut untuk jujur di masa depan. Sebaliknya, fokuslah pada percakapan tentang mengapa kejujuran itu penting dan bagaimana kebohongan dapat merusak kepercayaan.

Ajukan pertanyaan terbuka seperti, “Mengapa kamu merasa perlu mengatakan hal itu?” dan bantu anak memahami dampak dari kebohongan mereka tanpa membuat mereka merasa malu atau bersalah secara berlebihan.

4. Hargai Kejujuran

Ketika anak mengatakan yang sebenarnya, meskipun itu berarti mereka harus mengakui sesuatu yang sulit, berikan apresiasi. Mengakui dan memuji kejujuran mereka akan memberikan dorongan positif yang memperkuat perilaku jujur. Misalnya, Anda bisa mengatakan, “Mama senang kamu berani jujur tentang hal ini. Itu perbuatan yang sangat baik.”

Dengan memberikan pujian ketika anak memilih untuk jujur, mereka akan belajar bahwa kejujuran dihargai dan diterima, bahkan ketika mereka membuat kesalahan.

5. Berikan Alternatif untuk Mengatasi Rasa Takut atau Malu

Jika anak berbohong karena takut akan hukuman atau malu, cobalah untuk menciptakan lingkungan yang aman di mana anak merasa nyaman untuk mengakui kesalahannya tanpa takut dihukum secara berlebihan. Ajarkan bahwa semua orang membuat kesalahan, dan yang paling penting adalah belajar dari kesalahan tersebut dan berusaha untuk tidak mengulanginya.

Bantu anak mengatasi rasa malu dengan cara yang sehat, misalnya dengan mengatakan, “Kita semua kadang-kadang melakukan kesalahan, dan itu tidak apa-apa. Yang penting kita jujur dan berusaha memperbaikinya.”

6. Ceritakan Kisah atau Dongeng tentang Kejujuran

Anak-anak sangat responsif terhadap cerita. Manfaatkan dongeng atau cerita yang mengajarkan pentingnya kejujuran, seperti cerita klasik Pinokio atau Si Anak Penggembala dan Serigala. Kisah-kisah ini dapat membantu anak memahami konsekuensi dari kebohongan dan betapa pentingnya berkata jujur.

Setelah menceritakan kisah tersebut, diskusikan bersama anak tentang apa yang bisa dipelajari dari cerita itu dan bagaimana mereka bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.


Bagaimana Menghadapi Kebohongan

Saat anak ketahuan berbohong, penting untuk merespons dengan cara yang membantu mereka belajar, bukan sekadar menghukum. Berikut adalah langkah-langkah praktis yang dapat diambil orang tua:

  1. Tetap Tenang: Hindari bereaksi berlebihan atau marah saat mengetahui anak berbohong. Tetaplah tenang agar Anda bisa berbicara dengan anak secara rasional.
  2. Cari Tahu Alasannya: Tanyakan kepada anak mengapa mereka merasa perlu berbohong. Apakah mereka takut dihukum? Apakah mereka ingin perhatian? Memahami motivasi di balik kebohongan akan membantu Anda menanganinya dengan cara yang lebih efektif.
  3. Ajarkan Konsekuensi dari Kebohongan: Jelaskan kepada anak bahwa kebohongan bisa membuat orang lain kehilangan kepercayaan kepada mereka. Misalnya, jika mereka sering berbohong, orang mungkin tidak akan percaya lagi pada apa yang mereka katakan.
  4. Tetapkan Konsekuensi yang Sesuai: Jika anak berbohong untuk menghindari tanggung jawab, ajarkan konsekuensi yang alami. Misalnya, jika anak berbohong tentang tidak menyelesaikan pekerjaan rumah, pastikan mereka harus mengerjakannya terlebih dahulu sebelum melakukan aktivitas lain.

Mengatasi anak yang sering berbohong memerlukan kesabaran, pengertian, dan pendekatan yang konsisten. Anak-anak berbohong karena berbagai alasan, mulai dari menghindari hukuman hingga mengeksplorasi imajinasi mereka. Sebagai orang tua, penting untuk memahami penyebab di balik perilaku tersebut dan menanamkan nilai-nilai kejujuran sejak dini.

Dengan menjadi contoh yang baik, memvalidasi perasaan anak, dan memberikan pujian atas kejujuran mereka, orang tua dapat membantu anak tumbuh menjadi individu yang jujur dan bertanggung jawab. Kejujuran adalah keterampilan yang dapat diajarkan dan dipelajari, dan dengan dukungan yang tepat, anak-anak akan belajar bahwa mengatakan yang sebenarnya selalu lebih baik.

Leave your thought here

Alert: You are not allowed to copy content or view source !!