Anak Terlalu Aktif? Begini Cara Mendisiplinkannya Tanpa Drama

Anak yang terlalu aktif atau hiperaktif sering kali menghadirkan tantangan tersendiri bagi orang tua dan pengasuh. Anak-anak yang hiperaktif tampaknya memiliki energi tak terbatas dan sering kali sulit untuk duduk diam, fokus, atau mengikuti instruksi dengan baik. Kondisi ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti belajar di sekolah atau berpartisipasi dalam kegiatan kelompok. Penting untuk dipahami bahwa hiperaktivitas pada anak sering kali bukan karena mereka “nakal” atau sengaja tidak patuh, melainkan karena mereka memiliki energi berlebih yang sulit mereka kendalikan.

Sebagai orang tua, memahami penyebab anak menjadi hiperaktif serta cara mengelola energi berlebih tersebut adalah langkah penting untuk membantu anak mengembangkan pengendalian diri yang lebih baik. Artikel ini akan membahas cara mengelola energi berlebih pada anak hiperaktif serta bagaimana mendisiplinkan mereka dengan cara yang efektif.

Mengapa Anak Bisa Hiperaktif?

Anak-anak yang terlalu aktif cenderung selalu bergerak, mudah teralihkan, dan sulit fokus pada satu tugas. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hiperaktivitas pada anak, baik karena faktor perkembangan alami maupun kondisi yang lebih spesifik.

1. Perkembangan Fisik dan Energi yang Tinggi

Beberapa anak secara alami memiliki tingkat energi yang lebih tinggi daripada yang lain. Ini bisa menjadi bagian dari kepribadian mereka atau merupakan fase perkembangan tertentu yang dialami oleh anak-anak usia dini. Pada usia ini, anak-anak sering merasa ingin terus bergerak karena otot dan tubuh mereka sedang dalam proses pertumbuhan dan membutuhkan banyak aktivitas fisik untuk berkembang.

2. Kurangnya Kegiatan Fisik yang Memadai

Anak-anak yang tidak memiliki kesempatan untuk melepaskan energi mereka melalui aktivitas fisik yang memadai cenderung menjadi lebih gelisah dan hiperaktif. Jika anak menghabiskan terlalu banyak waktu di dalam ruangan atau di lingkungan yang terbatas, mereka mungkin sulit untuk duduk diam karena energi mereka tidak tersalurkan dengan baik.

3. Kondisi Medis (Seperti ADHD)

Pada beberapa anak, hiperaktivitas bisa menjadi gejala dari gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD). Anak-anak dengan ADHD biasanya kesulitan untuk fokus, mengikuti instruksi, dan sering kali memiliki energi yang berlebihan. Jika Anda mencurigai bahwa anak Anda mungkin mengalami ADHD, penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan, seperti dokter atau psikolog anak, untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.

4. Kebutuhan untuk Stimulasi yang Lebih

Anak-anak hiperaktif sering kali membutuhkan stimulasi yang lebih banyak dibandingkan anak-anak lain. Mereka mungkin merasa bosan dengan cepat jika tidak diberi aktivitas yang menantang atau menarik. Akibatnya, mereka mencari cara untuk menstimulasi diri mereka sendiri, yang sering kali terlihat sebagai perilaku yang hiperaktif.

5. Kurangnya Struktur dan Disiplin yang Konsisten

Anak-anak hiperaktif cenderung lebih baik berfungsi dalam lingkungan yang terstruktur dan dengan batasan yang jelas. Jika anak tidak memiliki aturan yang konsisten atau rutinitas yang teratur, mereka mungkin merasa kewalahan atau tidak tahu apa yang diharapkan, yang kemudian membuat mereka bertindak secara impulsif dan menjadi lebih hiperaktif.


Cara Mengelola Energi Berlebih Pada Anak

Mengelola anak yang hiperaktif membutuhkan pendekatan yang terstruktur, penuh kesabaran, dan strategis. Berikut adalah beberapa cara yang efektif untuk membantu anak mengelola energi berlebih mereka:

1. Berikan Aktivitas Fisik yang Cukup

Anak-anak hiperaktif membutuhkan kesempatan untuk melepaskan energi mereka melalui aktivitas fisik yang memadai. Pastikan mereka memiliki waktu yang cukup untuk bermain di luar, berlari, melompat, atau bermain olahraga. Aktivitas fisik yang intens membantu membakar energi berlebih dan membuat anak lebih mudah untuk fokus ketika diperlukan.

Anda bisa mendorong anak untuk berpartisipasi dalam olahraga seperti bersepeda, berenang, atau bermain bola, yang tidak hanya membantu mereka melepaskan energi tetapi juga mengajarkan kerja tim dan keterampilan sosial.

2. Ciptakan Rutinitas yang Terstruktur

Anak-anak hiperaktif sering kali merasa lebih tenang dan terarah ketika mereka memiliki rutinitas harian yang jelas dan teratur. Buat jadwal harian yang konsisten, termasuk waktu untuk makan, bermain, belajar, dan tidur. Rutinitas membantu anak memahami apa yang diharapkan dan memberikan rasa aman karena mereka tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Pastikan rutinitas tersebut diikuti secara konsisten, dan berikan anak jeda istirahat yang cukup di antara aktivitas sehingga mereka tidak merasa kewalahan.

3. Gunakan Aktivitas yang Menstimulasi Pikiran

Selain aktivitas fisik, anak-anak hiperaktif juga membutuhkan stimulasi mental. Aktivitas yang menantang pikiran mereka, seperti bermain puzzle, membangun dengan balok, atau permainan strategi, dapat membantu anak memusatkan perhatian mereka. Ini tidak hanya membantu mereka mengembangkan keterampilan kognitif, tetapi juga membuat mereka fokus lebih lama pada satu tugas.

Bermain permainan edukatif yang memerlukan konsentrasi juga dapat membantu meningkatkan kemampuan anak dalam mengelola fokus dan mengurangi dorongan untuk bertindak impulsif.

4. Ajarkan Teknik Relaksasi

Anak-anak hiperaktif sering kali tidak tahu cara untuk menenangkan diri. Ajarkan mereka teknik relaksasi sederhana seperti pernapasan dalam atau visualisasi. Teknik ini dapat membantu mereka mengurangi kegelisahan dan lebih fokus saat mereka merasa kewalahan dengan energi mereka sendiri.

Misalnya, Anda bisa mengajarkan anak untuk duduk tenang dan menarik napas dalam-dalam selama beberapa detik ketika mereka merasa terlalu bersemangat atau kesulitan mengendalikan diri.

5. Berikan Batasan yang Jelas dan Konsisten

Anak hiperaktif membutuhkan aturan dan batasan yang jelas untuk membantu mereka memahami perilaku yang diterima dan tidak diterima. Jelaskan kepada anak mengenai aturan di rumah atau sekolah, serta konsekuensi jika aturan tersebut dilanggar. Konsistensi sangat penting dalam menegakkan batasan ini, sehingga anak tahu apa yang diharapkan dan belajar mengontrol tindakan mereka.

Misalnya, beri tahu anak bahwa ada waktu bermain dan waktu untuk belajar, dan berikan jeda istirahat yang teratur agar mereka tidak merasa terlalu terbatas.

6. Gunakan Sistem Penguatan Positif

Penguatan positif adalah salah satu cara yang sangat efektif untuk mendisiplinkan anak hiperaktif. Setiap kali anak menunjukkan perilaku positif, seperti duduk diam saat makan atau mengikuti instruksi dengan baik, berikan pujian atau penghargaan. Dengan memberi perhatian pada perilaku baik, Anda membantu anak mengembangkan kebiasaan positif secara perlahan.

Anda bisa menggunakan sistem penghargaan seperti stiker atau poin yang dapat ditukar dengan hadiah kecil untuk memotivasi anak agar berperilaku lebih baik.


Cara Mendisiplinkan Anak

Mendisiplinkan anak hiperaktif memerlukan pendekatan yang penuh kesabaran dan pengertian. Berikut adalah beberapa strategi disiplin yang bisa diterapkan:

1. Tetap Tenang dan Sabar

Menghadapi anak yang hiperaktif bisa membuat frustrasi, terutama ketika mereka tidak mendengarkan atau tidak mengikuti instruksi. Namun, penting bagi orang tua untuk tetap tenang dan sabar. Jika Anda menunjukkan kemarahan atau frustrasi, anak mungkin akan merespons dengan lebih banyak perilaku negatif.

Alih-alih marah, cobalah untuk tetap tenang dan berikan instruksi dengan suara yang lembut namun tegas. Anak hiperaktif sering kali merespons lebih baik terhadap pendekatan yang tenang dan konsisten.

2. Berikan Instruksi yang Jelas dan Singkat

Anak hiperaktif sering kali merasa kewalahan dengan instruksi yang terlalu panjang atau rumit. Berikan instruksi yang singkat, jelas, dan mudah diikuti. Misalnya, daripada mengatakan “Bersihkan kamarmu, ambil mainan, dan rapikan tempat tidur,” cobalah untuk memecah tugas menjadi langkah-langkah sederhana seperti, “Tolong ambil semua mainan dulu.”

Dengan memberikan instruksi dalam langkah-langkah kecil, anak lebih mudah memahami dan melaksanakan tugas yang diberikan.

3. Terapkan Konsekuensi yang Sesuai

Jika anak melanggar aturan atau tidak mengikuti instruksi, berikan konsekuensi yang sesuai dengan tindakan mereka. Misalnya, jika mereka tidak mendengarkan saat disuruh berhenti bermain, Anda bisa mengurangi waktu bermain mereka di kemudian hari. Konsekuensi yang logis dan konsisten membantu anak memahami hubungan antara perilaku dan dampaknya.

Namun, pastikan konsekuensi yang diberikan tetap adil dan tidak berlebihan, karena tujuannya adalah untuk mengajarkan disiplin, bukan untuk menghukum secara berlebihan.

4. Berikan Anak Waktu untuk Tenang (Time-Out)

Jika anak hiperaktif menjadi terlalu bersemangat atau sulit dikendalikan, gunakan metode time-out untuk memberi mereka waktu tenang. Metode ini bisa membantu anak menenangkan diri sebelum kembali beraktivitas. Pastikan time-out dilakukan dengan cara yang positif, seperti duduk di tempat yang tenang selama beberapa menit untuk merenung.

Ini bukan bentuk hukuman, melainkan kesempatan bagi anak untuk memulihkan kendali atas emosi dan energinya.


Menghadapi anak yang hiperaktif memerlukan kesabaran, konsistensi, dan pendekatan yang penuh kasih sayang. Dengan memberikan aktivitas fisik yang cukup, menciptakan rutinitas yang terstruktur, dan menerapkan disiplin yang positif, orang tua dapat membantu anak mengelola energi berlebih dan mengembangkan pengendalian diri yang lebih baik. Setiap anak memiliki kecepatan perkembangan yang berbeda, jadi penting untuk terus mendukung dan memotivasi anak dalam proses ini.

Dengan perhatian dan bimbingan yang tepat, anak hiperaktif dapat belajar untuk lebih tenang dan fokus, serta tumbuh menjadi individu yang percaya diri dan mampu mengelola energi mereka dengan baik.

Leave a Reply