Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Trauma yang timbul karena menjadi korban dari kekerasan dalam rumah tangga

Beberapa waktu lalu pertelevisian di indonesia di isi dengan berita KDRT yang di lakukan suami kepada istrinya, mereka selbritis, dimana akhirnya istri memaafkan dan berita tentang KDRT pun langsung hilang. Dari fenomena di atas sungguh miris bahwa KDRT di indonesia masih tinggi dan sering menjadi berita sehari-hari. Kenapa di keluarga masyarakat indonesia sering terjadi KDRT ? Bagaimana cara mengurangi KDRT ? Maka kita akan membahasnya kali ini.

Kekerasan dalam rumah tangga adalah tindakan suami kepada istri atau istri kepada suami, atau orang tua kepada anak dan anak kepada orang tua yang di lakukan penuh emosi dan kekerasan sehingga menyebabkan luka-luka.

Unsur-unsur KDRT ada subyek yang melakukan KDRT, obyek KDRT, tempat terjadnya KDRT, waktu pelaksanaan KDRT, tujuan dari KDRT. Maka kita akan beda satu per satu setiap unsur KDRT.

Subyek yang melakukan KDRT bisa suami / istri atau anak. Sedangkan obyek dari KDRT bisa sebaliknya. Tujuan KDRT adalah untuk melampiaskan emosi dari subyek kepda obyek. Sehingga tindakan dari pelampiasan emosi adalah dengan cara kekerasan. Waktu pelaksanaan KDRT bisanya ada yang singkat, ada yang lama tergantung dari emosi yang di luapkan. Dan pastinya ada tempat pelaksanaan KDRT, dimana tempat pelaksanaan KDRT tidak di depan publik karena kalau di depan oublik maka dapat di pastikan subyek tidak bisa meluapkan dengan maksimal.

Kenapa orang mudah sekali tersulut emosi sehingga melakukan kekerasan ? Orang tersebut sudah terbiasa saat ada emosi adalah solusinya dengan di luapan secara langsung. Banyak yang menyebabkan seseorang terbiasa, yang pertama : tidak sedikit masyarakat di indonesia tidak pernah di latih akan akal pikirannya. Sehingga menyebabkan selalu memprioritaskan kesalahan dari pada kebeanran . Yang kedua : kita tidak pernah di ajari untuk menyelesaikan permasalahan dengan metode yang tepat. Sehingga akhirnya setiap ada masalab respon awal dari kita adalah menggunakan emosi. Yang ketiga : lingkungan yang tidak pernah membiasakan menggjnakan akal dan metode diskusi saat ada masalah.

Cara untuk terhindar dari emosi yang berlebihan di dalam keluarga adalah dengan cara membiasakan menggunakan akal saat ada masalah. Bukan hanya dengan menggunakan akal saja tapi dengan metode yang tepat. Dan itu semua di biasakan di lingkungan keluarga baik di dalam pemecahan masalah yang sederhana atau rumit.

Lihat artikel lainnya!

Leave a Reply